Cover Puisi : Teruntuk Sahabat Pena |
Teruntuk Sahabat Pena
Kumpulan Puisi - 'Teruntuk Sahabat Pena' adalah sekumpulan puisi yang bisa kukumpulkan selama masa kuliah. Selama 7 tahun kurang lebih jumlahnya ada 67 buah. Sebenarnya itu tidak semuanya, karena banyak puisiku berceceran entah kemana. Hal-hal tidak terduga sering terjadi. Sehingga hanya segitulah puisi yang berhasil terselamtkan.
Puisi yang berhasil terkumpul itu aku jadikan sebuah kumpulan puisi yang berjudul Teruntuk Sahabat Pena. Sebenarnya, ini merupakan balasan karya dari sahabat pena'ku. Tapi tetap saja, aku tak seberapa jika dibandingkan dengan dia yang puisinya telah berhasil dibukukan.
Karya ku ini bukanlah karya romantis seperti puisi "hujan bulan juni milik Sapardi", ataupun karya menggelegar seperti puisi "Aku karya Chairil Anwar". Ini hanya puisi receh dan biasa saja, hasil dari gelutan pikiran yang dulu sempat datang.
Dalam proses menulis puisinya, bermacam kondisi telah terlalui. Ketika stress depresi, senang, sedih, bahkan bahagia. Menghasilkan puisi yang bertemakan persahabatan, cinta, berkarya dan dialog terhadap diri sendiri.
Kumpulan puisi ini awalnya memang ditulis di laman blog disnothing, namun aku juga menyematkannya pada lembar tulis wattpad yang sudah lengkap sebanyak 67 puisi serta prolognya di sana.
Tak banyak yang bisa disampaikan dari puisi yang biasa-biasa saja. Aku hanya tak ingin berhenti untuk menulis, karena menulis bagiku merupakan terapi mengenali diri.
Pada blog ini Puisi Teruntuk Sahabat Pena terdapat tag TSP, jika ingin membacaya silahkan ke sana, dan juga berada pada postingan kumpulan puisi 2014. Terimakasih sudah mampir, semoga kalian bahagia selalu. Regargs.
*
Prolog
Suatu malam, Kata-kata tumpah dalam lembaran. Ia tak kan berarti tanpa makna, makna tak kan jadi bila tak dibaca. Lalu tak terbaca bila tak dibagikan.
Teruntuk Sahabat pena yang seringnya bertukar kata, bertukar cerita dan meledakkan inspirasinya, seginilah segelintir cerita tentang kita. Sepatah dua patah kata yang sering kita sebut dengan kisah.
Walau melewati masa, kita sering lupa mencatatnya. Kata seringkali menjadi kabur dan terkubur. Ia tak bisa digali lagi, tapi mungkin dengan ini kita menemukan yang lain. Agar kita punya waktu untuk bermain.
Salam hangat dari jauh, Sahabat Pena.
**
***
0 Komentar