Playing fool #Diary10

    Di dalam kehidupan, setiap orang berlomba-lomba terlihat pintar, keren dan hebat. Terutama di dalam pergaulan, beberapa anak ingin terlihat menonjol dari yang lainnya, tentu saja ada juga yang terlihat konyol diantaranya. Ini adalah sedikit cerita ku sebagai orang konyol yang berada di dalam suatu perkumpulan.


    Dulu pernah dengar sebuah ungkapan "jadilah orang bodoh, sehingga tidak ada orang yang bisa membodohimu. dan jadilah orang yang rendah sehingga tidak ada satupun orang yang bisa merendahkanmu". Ungkapan ini pernah aku temukan ketika aku berada di masa sekolah menengah pertama. Pada saat itu memang aku tidak terlalu mengerti maksud dari kata-kata tersebut, apalagi cara pengaplikasiannya. Namun seiring berjalan waktu, aku terus memahami kata-kata tersebut, dan berusaha menjadikannya pegangan di dalam pergaulan. Sehingga, aku menjadi seseorang yang terlihat bodoh dan rentan juga untuk direndahkan.


    Terlebih, aku adalah orang yang mudah senyum pada waktu itu. Sehingga, orang yang bertemu denganku sangat mudah untuk menjadi teman, sekaligus begitu banyak yang memandangku sebagai makanan empuk bullian. Ya benar, beberapa kenalanku memang suka menjahili orang yang terlihat lemah dan bodoh sepertiku. Sehingga, beberapa kali semasa SMP, aku mendapatkan bullian di kelas. Tapi tentu saja aku tidak diam saja, satu-satunya cara menghentikan bullian adalah dengan melawan.


    Lalu apakah bersikap terlihat bodoh dan merendah itu adalah hal yang baik? tentu saja jawabannya tidak sepenuhnya baik dan tidak sepenuhnya buruk. Setelah kejadian di masa SMP, aku menjadi lebih tau cara menempatkan sikap dan citraku di depan orang-orang. Kemudian membuatku secara natural memilih sikap untuk menunjukkan gigi ketika di sekitar orang-orang yang tak baik, namun menjadi bayi di hadapan orang-orang hebat. Hal ini memberikan manfaat yang begitu besar padaku hingga saat ini.


    Kenapa menunjukkan gigi kepada orang yang kita anggap tidak baik? Hal ini untuk menjaga jarak dan membuat pagar antara aku dan mereka. Sehingga mereka tidak menganggap ku lemah dan bisa menjadi mangsa empuk bullian. Cotohnya, ketika aku berada di sekitar orang kaya yang senang membully, maka aku harus menjadi orang yang pintar, seakan-akan aku juga anak orang kaya, ya padahal aku adalah seorang anak miskin yang sangat bisa untuk dibully karena ekonomi. Lalu mengapa menjadi bayi di hadapan orang-orang hebat? Tentu saja untuk belajar. "kosongkan gelasmu kawan, agar bisa diisi". Jika kamu bersikap seolah-olah hebat di hadapan orang-orang yang kamu anggap hebat, maka percayalah, kamu tidak akan pernah belajar dari mereka. Namun sebaliknya, jika kamu merasa bodoh dan tidak tahu apa-apa, maka kamu bisa belajar banyak hal dari kehebatan mereka.


    Dia, memperhatikan, mendengarkan, dan mengambil setiap resiko adalah hal yang sangat baik di masa muda. Hal ini memberikan pengetahuna dan pengalaman yang tak ternilai harganya. "Playing fool", adalh peran yang dimainkan orang pintar, orang yang siap menerima pembelajaran tentang kehidupan. 


Dalam semua hal yang dilakukan di hidup ini, ada saatnya kita akan berjuang sendiri. Pada saat itulah kau harus berhenti memerankan si bodoh. Pada saat melawan dirimu sendiri, itu adalah waktu yang tepat untuk mengeluarkan semua kemampuan yang sudah dikumpulkan selama menjadi sibodoh. Kemampuanmu digunakan untuk membuktikan kepada dirimu sendiri bahwa kau mampu untuk melakukan banyak hal. Tidak untuk melawan orang lain, tidak untuk menunjukkannya kepada orang lain, tapi kepada diri sendiri. karena sebagaimanapun kau memerankan sibodoh. Kau paling tau bahwa kau lebih pintar dari siapapun itu.

***

Posting Komentar

0 Komentar