Sebuah Lingkaran Pertemanan (Cyrcle) #Diary09



Sebuah lingkaran pertemanan. Seberapa banyak temanmu? 1-10? Sekelas? Sekampung? ratusan? atau ribuan? Kali ini, mari meggibah menceritakan tentang teman. Sepertinya ketika aku bercerita tentang teman, mungkin mereka sedang bersin-bersin saat  ini(seperti di anime). Sebagai disclaimer, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, nama-nama yang tersebutkan di dalam tulisan ini merupakan nama samaran yang tentu saja bukan nama asli. Enjoy.

Teman masa kecil


    Dari sewaktu kecil, aku adalah orang yang suka berteman, tanpa pandang bulu. Justru kalau diingat-ingat lagi, aku lebih senang berteman dengan orang yang lemah. Maksudnya orang-orang yang tidak ditemani dan sering kena bully. Dulu bully belum seperti sekarang, yang apa-apa direkam dan diusut. Bully di zaman dulu ya akan terus dibully kalau tidak melawan. Di sini aku secara tidak sadar menjadi orang yang ingin membela mereka, walaupun sebenarnya tidak banyak yang bisa kulakukan. Ketika umur 7 tahun sewaktu masih SD, teman sekelasku dibully oleh teman sekelas yang lebih besar badannya, di sana aku tidak diam. Aku yang menantangnya untuk berantem. Walaupun hasilnya tentu saja aku yang kalah dan menangis. Tetapi setidaknya di sana ada perlawanan terhadap bully, dan akhirnya aku berteman dengan yang dibully, sebut saja Jarwo. 

    Jarwo adalah teman pertama di sekolahku yang kuingat dengan jelas namanya. Selama masa sekolah, ia selalu menjadi juara satu. Hobinya bermain game dan nonton anime di hari minggu. Oh iya dia juga suka makan otak-otak dan bermain ke wahana game "Timezone", tempat bermain game coin yang berada di Belitung. Semasa SD aku sering bermain ke rumahnya, ia adalah orang yang cukup berada, dia punya banyak mainan dan alat-alat olahraga, ya begitulah orang cina di Belitung, mereka sedikit lebih maju dibandingkan melayu. Tapi itu dulu, mungkin sekarang tidak. Ini bukanlah rasis, hanya persfektif pribadi berdasarkan kenyataannya.

    Sebenarnya sebelum masuk ke sekolah, aku juga ada teman masa kecil yang kenal dari 'Kampung' anak-anak sekitaran rumah dan teman bermain bersama. Namanya Mael, mungkin dia adalah teman pertama masa kecil. Bahkan sebelum masuk sekolah. Tidak jelas dan tidak ingat bagaimana bertemu awalnya. Tapi yang kuingat banyak hal-hal yang dilalui dengan kekonyolan masa kecil. Aku lebih tua 1 tahun dari dia, dan aku rasa imajinasiku lebih kuat dibandingkan dia saat itu. Sehingga aku sering bercerita fantasi yang membuatnya terus-terusan bertanya. Misalnya tentang boneka salju, yang terinspirasi dari film-film yang ada di tv pada jaman dulu. Lalu aku berkata kepadanya bahwa "Boneka salju itu nyata, dan kita bisa membuatnya dari tanah kaolin(Tanah liat yang berwarna putih). Saat itu dia sangat tertarik dan ingin sekali membuat boneka salju. Lalu pada sore hari kami membuatnya yang menjadi seukuran botol aqua besar. lalu aku bilang kepadanya "Sekarang dia menghadap ke sana(arah jalan). Kalau besok pagi dia menghadap belakang jalan, berarti boneka salju itu benar-benar ada". Iya cuma mengangguk saja.

    Besok paginya iya terkaget dengan boneka salju yang sudah menghadap membelakangi jalan. Lalu ia bilang "ternyata boneka salju itu benar-benar hidup". "ya benar, boneka salju itu hidup" jawabku. Ada hal yang ia tidak tahu adalah, semalam sehabis isya aku menggerakkan boleka yang terbuat dari kaolin itu. Aku ingin agar dia percaya, sehingga akupun bisa percaya.

Teman SMP


    Ketika SMP, aku masuk ke SMP standart nasional. Sekolah menengah pertama yang sedikit maju dari sekolah lainnya. Aku senang, namun banyak ketakutan juga. Karena pada saat itu begitu banyak ragam kasta sosial yang terpisahkan di sekolah itu. Miskin-kaya, bodoh-pintar, jelek-keren dan lainnya yang saling berlawanan. Di masa SMP adalah saat-saat aku berjuang dengan bully terutama pada awal kelas satu. Sampai akhirnya aku menemukan cara agar bisa lepas dari lingkaran bully itu.

    Jika berbicara teman semasa SMP, banyak hal yang bisa dibicarakan, namun sepertinya aku harus menyingkatnya agar tidak terlalu panjang.

    Gara. adalah teman sebangkuku di kelas satu. Ia juga alumi dari SD yang sama denganku. Ia berasal dari Puwerejo, Jawah tengah. Ia datang ke belitung ketika kelas 5. Sebagai orang luar yang datang ke belitung, ia cukup tau banyak hal yang tentunya aku tidak tau. seperti Majalah bobo, majalah donald bebek dan komik-komik yang seru. Semasa SD aku tidak terlalu dekat dengannya, karena dia orang yang cukup cuek, dan tidak mudah untuk didekati. Dia adalah anak yang berbadan besar dan tinggi, maklum anak polisi. 

    Semasa SMP kami bersama-sama mencari teman. Singkat cerita, kami punya teman bermain yang sama kelas. Yaitu Arga, desra, Dodi, dan aku. Kami sama-sama senang dengan game PS satu dan 2. Kami sering bolos bersama-sama hanya untuk bermain game bloady roar dan mortal kombat dulunya. mereka semua adalah orang yang cerdas, walau tidak belajar di rumah, mereka bisa menjawab pertanyaan2 yang diberikan guru dikelas. Mungkin memang seperti itu anak-anak yang suka bermain game.

    Masih di SMP, setelah melewati percampuran kelas. akhirnya kami dipisah setiap tahunnya. Yang pada kelas 3 aku dipertemukan dengan teman-teman, Pani, Dodit, Woto dan Rian. Kami adalah teman sekelas dan juga orang yang rumahnya berada di arah kampung yang sama. Pani, sebagai seorang pemimpin pertemanan kami berencana membuat sebuah gang "Metalic" namanya. Ku rasa ia begitu terobsesi dengan kelompok-kelompok yang suka bertantem. Sehingga pada suatu saat, setelah ia membentuk geng itu, ia mengatakan akan bertarung merebut kekuasaan kawasan penghijauan sebagai tempat main. Setelah waktu ditentukan, kami semua berkata "ya sepakat". Kemudian pada saat hari H, aku tidak ikut karena waktu itu sepedaku bermasalah. Keesokan paginya, Mata Woto sudah bengkak sebelah. Pipi Rian bengkak kiri kanan, Pani dan Dodit tidak ada luka bengkak karena mereka memang anak yang jago berantem. Aku hanya bisa menertawakan Rian dan Woto pada pagi itu. 

MASA SMK


    Aku tidak punya kisah masa SMA, yang aku punya hanyalah Kisah masa SMK, Akuntansi khususnya. Sekolah di jurusan akuntansi jelas memusingkan. Bertatap muka dengan angka dan uang-uang yang tidak ada. Pada akhir sekolah aku sangat bersyukur sudah lulus, dan merasa jera untuk berurusan dengan angka jika masuk kuliah nanti. Tapi setelah melewatinya, aku tidak menyesal. Di sana aku bertemu dengan teman-teman dengan banyak tingkah rupa yang beragam.

    Pada saat itu aku menempati kelas Akuntansi 1 dari 4 nomor yang ada. selama tiga tahun berada di sana, kami satu kelas serasa solid dan berteman dekat(kalau ini pasti semua merasakannya, masa sekolah). Aku bertemu dengan orang baik, dan bak-baik. Tidak merokok, apalagi meminum alkohol. Kerjaannya sholat, game dan traveling. Selama 3 tahun aku memiliki 3 teman sebangku, namanya Bili, Opi dan Ganda, masing-masing menjadi teman sebangku 1 2 3.

    Kami berkelompok lagi menjadi tim yang suka traveling mengitari wisata belitung. Kami senang ketika libur datang. waktunya merencana akan pergi kemana . Sepertinya tiada liburan semester yang terlewati tanpa liburan bersama. Btw, ketika aku menuliskan ini, aku sangat rindu untuk kembali ke masa-masa itu. Waktu itu adalah hal terindah dan terbaik selama hidup sampai saat ini kurasa. Tapi tentu saja tidak bisa kembali, mesin waktu belum ditemukan.

    Pada masa sekolah menengah ini, kami menamai kelas kami dengan sebutan A.V.E.C. Kalau tidak salah, ketika menentukan nama itu, artinya adalah damai dan senang, tapi entah dari mana asal katanya dan bagaimana menginterpretasikan arti tersebut. Hanya langsung spontan(uhuy) jadi saja.

Masa kuliah


    Dari semua bagian, cerita ini sepertinya akan lebih panjang. Karena sebenarnya jumlah waktuku berkuliah, lebih banyak dibandingkan SMP dan SMK, bahkan kalau itu disatukan. Yap 7 tahun. Kalau kalian bertanya kenapa aku bisa kuliah 7 tahun alis 14 semester, silahkan baca postingan blog sebelumnya "tentang 14 semester". Memang tidak detail, tapi ya seperti itulah kira-kira bayangan kuliahnya. Nah di cerita kuliah inilah yang banyak mengubah pandanganku tentang dunia. Tapi kita tidak menceritakan pandangan dunia, melainkan cerita cyrcle pertemanan semasa kuliah.

    Dalam menimba ilmu, kurasa aku lebih banyak diluar kelas dibandingkan di dalam kelas. Jika di kelas, hanya berbicara tentang umumnya saja. Semacam kerangka ilmu, dan di tongkronganlah yang banyak memberikan detail dan contoh nyata dari ilmu yang didapat. Ini bukan ilmu keninjaan seperti shira tensei, tapi ya ilmu pengetahuan umum dan bahkan spesifik seperti filsafat.

    Di dalam kelas, tidak banyak yang menjadi teman dekat. Tapi pada dasarnya aku kenal setiap orangnya, dan tau karakternya. Pada awal kuliah, aku bukanlah orang yang pandai bicara, pandai menulis atau pandai bersosialisasi. Yang aku bisa pada saat itu adalah tersenyum dan menyerap setiap sesuatu yang bisa dijadikan ilmu. Karena aku perantau yang datang dari tanah jauh, hal yang pertama aku pelajari adalah bahasa, ya bahasa sunda. Pada proses ini aku belajar dengan teman sekelasku secara langsug sehari-hari. Bahasanya tentu saja kasar dan hanya bisa digunakan di tongkrongan saja. Tidak digunakan untuk acara formal. dalam proses ini aku banyak dikerjai oleh teman-teman. Tapi tak apa, aku tidak gampang baper. Teman kelas ku ini mempunyai panggilan yang entah siapa yang memulai dengan sebutan eltigabelas.

    Selama kuliah aku juga mempunyai teman sesama perantau dari Belitung. Yang kemudian kami menjadi dekat dan sering meng-eksplorasi Bandung. Pada saat main bareng bersama mereka yang notabene-nya kami dari kampung yang pergi ke kota, banyak hal lucu yang terjadi. Seperti misalnya temanku hampir jatuh dari eskalator yang ada di mol dan dia berteriak kencang, sehingga semua orang melihat ke arah kami. Malu iya, tapi itu juga menjadi hal yang lucu untuk dibahas di kemudian hari. 

    Setelah bisa berbicara bahasa sunda, dengan logat yang aneh (campuran sumatra, melayu dan sunda) akhirnya aku bisa masuk ke dalam banyak tongkrongan dan cyrcle. 

    Yang menarik perhatianku saat semester 2 adalah organisasi. Aku bukanlah type orang yang bisa berorganisasi pada saat itu. Tapi aku memiliki ketertarikan  karena perlahan-lahan aku berfikir bahwa sepertinya organisasi itu penting untuk dipelajari. Kemudian aku melakukan pendekatan kepada anak-anak yang berorganisasi dan ternyata menyenangkan. Sehingga aku menjadi bagian dari organisasi pada tahun ke-2 kuliah. Di sini lah aku betemu dengan orang-orang baik juga.

    Berorganisasi membuka mataku bahwa banyak hal yang bisa dilakukan di dunia ini, tidak hanya kuliah, mengejar IPK, lulus, dan kerja. Tapi juga menerlusuri pengetahuan dan memanusiakan manusia. Aku berteman dengan Raya. Kami tidaklah satu angkatan, dia satu tahun diatasku. Dia adalah orang yang baik, senang membantu dan juga penuh dengan ide-ide mindblowing. Kami memiliki satumkesukaan yang bisa mengikat kami hingga sat ini, gelisah untuk berkarya. 

    Kurang lebih, aku banyak mengenal dan tertarik sastra dikarenakan orang ini. Dia aladah tipe orang yang senang untuk mengajak oranglain untuk melakukan suatu gebrakan, jiwanya untuk berkarya begitu membara, aku bisa merasakannya. Namun, kalau kupikir lagi, ide-ide cemerlangnya tidak pernah terealisasi ketika dia mengajakku. Hal ini dikarenakan aku adalah manusia yang sudah untuk konsisten melakukan sesuatu, sedangkan dia adalah orang yang mampu disiplin dan tepat waktu dalam melakukan banyak hal. 

    Berbicara tentang circle kuliah, tentunya kita berbicara tentang pandangan hidup ke depan. Apakah aku memikirkan masa depan pada saat itu? Ku rasa tidak juga. Aku tidak peduli siapa temanku, maksudnya, siapa dia, baik atau jahatkah dia, bodoh atau pintarkah dia, hebat atau lemahkah dia, aku tidak perduli. Yang aku perduli adalah dia jika dia mau berteman, hayu berteman, jika bisa ayo melakukan sesuatu bersama. Begitu pemikiranku saat itu.

    Dengan pemikiran ku yang seperti itu membawa pertemananku ke berbagai macam warna, berbagai macam usia dan berbagai macam golongan. Seperti warna power ranger. Dari warna-warna yang telah terkumpul, kami secara tidak sengaja membuat sebuah ikatan pertemanan yang menurutku begitu hangat dan cukup erat. Namun cerita ini tidak akan diceritakan di sini. Setidaknya tidak saat ini, akan di tuliskan di lembar lainnya dari "Indriary". 

    Terimakasih sudah membaca cerita yang mungkin agak membosankan ini. Semoga dari apa yang telah ditulis, bisa memberikan wawasan baru kepada kalian para pembaca, dan mungkin juga sedikit hiburan. Apapun itu, semoga kalian akan membaca cerita lainnya juga dari "Indiary" ini. Terimakasih.

***

Posting Komentar

0 Komentar