Kecemasan akan masa depan #Diary11

Diary 01.13 A.M. 14/11/2020 

   Hidup bagaikan sebuah buku. ada awal mula dan ada pula akhirnya. beberapa memiliki daftar isi dan beberapa juga tidak ada. Beberapa ditulis berbab dengan saling bersambung satu dan lainnya, ada juga yang tidak terhubung sama sekali.

Begitu juga hidup kita, yang lahir pasti akan mati, ada yang berencana ada pula yang berjalan apa adanya. ada yang saling berkaitan ada yang berpindah tanpa tau arah.

Lalu sampai manakah pejalanan kita? apakah kamu merencanakan perjalanannmu? 

    Sampai saat ini aku telah sampai di seperempat abad, yang tentunya cukup mendapat pengalaman untuk hidup. bertemu degan manusia yang bergainti-ganti, datang dan pergi. Muncul dan menghilang, menghianati dan dihianati, saling membohongi, sakit juga bahagia, serta tangis juga tawa. terlalu banyak untuk diceritakan, tapi malah tak tau apa yang harus diceritakan.

    Aku terus menerus mereset kehidupan, memulai lagi dari nol. ibarat sebuah buku pada kumpulan cerita pendek. Ya beberapa saling berkaitan, tapi ada juga yang terlepas dan tidak masuk dalam cerita. Plot twist yang memberikan sensai kejut terus menerus memberikan alasan untuk hidup. Namun yang berperan peting dalam mempertahankan kehidupan adalah impian dan harapan. Bukankah begitu kawan?

    Dalam seperempat perjalanan ini, kini segalanya harus berjalan sendiri. Memikul tanggungjawab yang mulai membesar. Dorongan doraongan untuk menyesuikan denga sosial juga tak bisa dihindari. Terjebak di dalam sirkel sendiri memang tak nyaman, namun berada di zona zaman sendiri juga tak begitu mengekanan. lalu, bagaimana rencana kedepannya?

    Ah, ada beberapa yang mengatakan bahwa "tak perlu direncanakan, hanya cukup mengejar impian dan terus mengejarnya setiap hari" . Ya tedengar begitu simpel dan mudah untuk dilakukan. Tapi bisakah melawan kecemasan dan gelisah akan masa depan? misalnya dengan kata-kata "Aku hanya cukup memperbaiki diri, dan nanti pasti ada yang datang sendiri melamarku" kata tetanggaku yang masih saja sendiri di umurnya yang sudah menginjak 40. Maaf, ini hanya sebuah contoh. dari sekian banyak kecemasan akan masa depan tanpa rencana.

    Tapi memang kita melalui jalan yang berbeda beda. Sehingga jalan dan cara kita berpikir menjadi tak sama. Tak apa, tidak ada yang salah di sana. Kita hanya perlu tau bahwa kecemasan akan masa depan cepat atau lambat pasti menghantui. Dan pastikan, ketika masa depan datang kita sudah siap. Tapi apakah kita tau kapan masa depan akan datang? atau sebenarnya kita sudah berada di sana?


(isnonuggraha)
***

Posting Komentar

0 Komentar