Perjalanan Pulang #Diary06


Perjalanan Pulang

Perjalanan pulangku memang selalu jauh. Belitung adalah pulau kecil dengan banyak keindahan, sedangkan Bandung adalah kota besar yang begitu terkenal. Rantauan dari Belitung ke Bandung memang membutuhkan kemauan, niat dan keuangan yang tak sedikit. Kini aku akan pulang, sebagaimana bulan ini akan menyambut bulan Ramadhan. Tentu aku ingin melewatinya bersama dengan keluarga.

Malam itu begitu sunyi. Pukul sembilan aku sudah bersiap-siap. Sedari sore koper telah terisi penuh pakaian, Beberapa kardus kubungkisi sebagai oleh-oleh, dan tas yang ku sandang terisi beberapa buku dan cemilan untuk di perjalanan pulang. Bekal yang cukup ditambah dengan headset di kedua telinga.

Perjalanan pulangku harus melewati perjalan Bandung-Jakarta menggunakan bus dan Jakarta-Belitung menggunakan pesawat terbang. Untuk jalur langsung dari bandung ke Belitung itu belum ada, entah mengapa. Padahal wacananya sudah ada dari 2015, bahwa akan diadakan jalur baru menuju Tanjungpandan langsung. Tapi hingga bulan Mei 2018 ini, belum terealisasi juga.

Untuk penerbangan pagi, penumpang harus berangkat ke bandara yang berada di Tangerang sepagi mungkin, agar tidak tertinggal pesawat. Sama seperti yang aku lakukan saat ini. Aku tidak mau mengulangi kesalahan yang tahun lalu pernah terjadi, Tertinggal pesawat dan harus membeli lagi. Biaya perjalanan menjadi Double.


Seperti tahun-tahun sebelumnya, aku pulang menggunakan mini bus travel Trans dari persimpangan dago Bandung. Dengan menggunakan kartu mahasiswa, aku mendapatkan harga potongan menjadi Rp.120.000, harga normalnya adalah Rp.150.000. Pukul 22.50 aku sudah tiba di pangkalan, 10 menit aku gunakan untuk mendengarkan musik di ruang tunggu dan mencemil beberapa makanan.

Tepat pukul 23.00 para penumpang masuk ke dalam bus, aku berada di nomor 1 yang artinya duduk di depan dan bersebelahan dengan supir. Ini adalah tempat ternyaman, karena aku bisa menyaksikan pemandangan malam dan mendapatkan pengalaman lebih. Benar saja, belum sejam berangkat kami diguyur hujan. Ketika hujan, jalanan menjadi sepi pengendara motor.

Kami melewati Jembatan Pasopati yang indah disaksikan pada malam hari. Warna-warni pada tiang segitiganya, kemudian terus berganti dan berkelap-kelip. Walau sepintas saja, lumayan menyenangkan menyaksikannya. Dari Jembatan itu juga bisa menyaksikan lampu-lampu kecil di perkotaan, walau tak seindah dari Bukit Bintang, namun ya cukuplah untuk menghibur diri.

Sekitar 3 setengah jam, sampailah kami di Tol Pantura. di jalur ini, sering terjadi kemacetan dari ringan sampai berat. Pasalnya di sini adalah pertemuan jalur untuk truk-truk besar pengantar bahan bangunan untuk kota Jakarta, ditambah lagi bus travel hingga bus besar berada di lajur yang sama. Walau pada subuh hari, di sini begitu ramai. Bahkan tak jarang terjadi kecelakaan.

Pukul 03.00 aku sampai di Bandara Soekarno-Hatta. Dengan memasuki terminal 1B, Penerbangan Domestik dengan pesawat Citylink. Aku selalu menggunakan Citylink, karena penerbangannya nyaman, juga karena sudah terbiasa.  Gerbang Check In belum dibuka. Untuk Take off pukul 06.00, Boarding dan Check In dibuka pada pukul 04.00 nanti. Selagi menunggu, aku mendengarkan musik dan memakan cemilan lagi. Menunggu di bangku depan gerbang, bersama banyaknya penumpang lain. Menyaksikan lalu lalang orang bepergian.

Ketika sudah dibuka Chek In, aku segera masuk dan Boarding koperku. Melewati check body 1, kemudian Check In, dan melewati check body 2, sampailah aku di ruang tunggu keberangkatan. Dengan banyaknya orang di dalam sana, aku hampir tidak kebagian tempat duduk. Di ruang tunggu itu tidak hanya penumpang pesawat citylink 06.00 namun juga penumpang pesawat lain, biasanya 3 penerbangan dijadikan dalam satu ruang tunggu.

Satu jam lagi menuju keberangkatan, aku membaca majalah yang disediakan di sana. Melihat perkembangan maskapai tanah air dan informasi terkait pariwisata. Banyak hal menarik yang kutemukan ketika membaca itu. Misalnya tentang Lion Air, yaitu pesawat yang baru masuk jalur penerbangan ke Belitung. Dikatakan Telah beroperasi sejak bulan Januari. “Pariwisata ke Belitung makin ramai saja” pikirku.

Tidak ada rasa kantuk yang kurasakan, terlalu sibuk menunggu membuatku teralihkan. Beberapa lama kemudian, panggilan memasuki pesawat pun bergema. Dengan memperlihatkan tiket yang dirobek setengahnya aku pun masuk ke pesawat. Beruntung lagi, aku menempati bangku yang bersebelahan dengan Jendela. Tempat paling sempurna menyaksikan pemandangan di atas awan. Bahkan setelah pesawat naik ke permukaan udara, matahari ikut bangkit. Alhasil, aku bisa menyaksikan Sunrise  yang begitu indah. Cahayanya menembus awan, mirip seperti jalan ke syurga di film “Tom and jerry". Begitu menakjubkan.

Penerbangan di pesawat begitu lancar, tidak ada masalah yang terjadi. Penerbangan selama 50 menit itupun landing di Bandara Hanandjoedin Tanjungpandan Belitung. Bagian terasik dari perjanan bersama Citylink adalah pantunnya, mereka selalu memberikan pantun kepada penumpang saat mendarat di tempat tujuan.

“Ke pasar membeli buah. Buahnya buah belimbing. Penumpang selamat berpisah. Terima kasih telah terbang bersama Citilink”ou’re welcome crew, and for all of you.. As always, happy traveling! :)

Catatan perjalanan,
Ditulis pada 4 Mei 2018

***

Posting Komentar

0 Komentar