Perjalanan
pulangku memang selalu jauh. Belitung adalah pulau kecil dengan banyak
keindahan, sedangkan Bandung adalah kota besar yang begitu terkenal. Rantauan
dari Belitung ke Bandung memang membutuhkan kemauan, niat dan keuangan yang tak
sedikit. Kini aku akan pulang, sebagaimana bulan ini akan menyambut bulan Ramadhan.
Tentu aku ingin melewatinya bersama dengan keluarga.
Malam
itu begitu sunyi. Pukul sembilan aku sudah bersiap-siap. Sedari sore koper telah
terisi penuh pakaian, Beberapa kardus kubungkisi sebagai oleh-oleh, dan tas
yang ku sandang terisi beberapa buku dan cemilan untuk di perjalanan pulang.
Bekal yang cukup ditambah dengan headset di kedua telinga.
Perjalanan
pulangku harus melewati perjalan Bandung-Jakarta menggunakan bus dan Jakarta-Belitung
menggunakan pesawat terbang. Untuk jalur langsung dari bandung ke Belitung itu
belum ada, entah mengapa. Padahal wacananya sudah ada dari 2015, bahwa akan
diadakan jalur baru menuju Tanjungpandan langsung. Tapi hingga bulan Mei 2018
ini, belum terealisasi juga.
Untuk
penerbangan pagi, penumpang harus berangkat ke bandara yang berada di Tangerang sepagi
mungkin, agar tidak tertinggal pesawat. Sama seperti yang aku lakukan saat ini.
Aku tidak mau mengulangi kesalahan yang tahun lalu pernah terjadi, Tertinggal
pesawat dan harus membeli lagi. Biaya perjalanan menjadi Double.
Seperti
tahun-tahun sebelumnya, aku pulang menggunakan mini bus travel Trans dari
persimpangan dago Bandung. Dengan menggunakan kartu mahasiswa, aku mendapatkan
harga potongan menjadi Rp.120.000, harga normalnya adalah Rp.150.000. Pukul
22.50 aku sudah tiba di pangkalan, 10 menit aku gunakan untuk mendengarkan
musik di ruang tunggu dan mencemil beberapa makanan.
Tepat
pukul 23.00 para penumpang masuk ke dalam bus, aku berada di nomor 1 yang
artinya duduk di depan dan bersebelahan dengan supir. Ini adalah tempat
ternyaman, karena aku bisa menyaksikan pemandangan malam dan mendapatkan
pengalaman lebih. Benar saja, belum sejam berangkat kami diguyur hujan. Ketika
hujan, jalanan menjadi sepi pengendara motor.
Kami
melewati Jembatan Pasopati yang indah disaksikan pada malam hari. Warna-warni
pada tiang segitiganya, kemudian terus berganti dan berkelap-kelip. Walau
sepintas saja, lumayan menyenangkan menyaksikannya. Dari Jembatan itu juga bisa
menyaksikan lampu-lampu kecil di perkotaan, walau tak seindah dari Bukit
Bintang, namun ya cukuplah untuk menghibur diri.
Sekitar
3 setengah jam, sampailah kami di Tol Pantura. di jalur ini, sering terjadi
kemacetan dari ringan sampai berat. Pasalnya di sini adalah pertemuan jalur untuk
truk-truk besar pengantar bahan bangunan untuk kota Jakarta, ditambah lagi bus
travel hingga bus besar berada di lajur yang sama. Walau pada subuh hari, di
sini begitu ramai. Bahkan tak jarang terjadi kecelakaan.
Pukul
03.00 aku sampai di Bandara Soekarno-Hatta. Dengan memasuki terminal 1B,
Penerbangan Domestik dengan pesawat Citylink. Aku selalu menggunakan Citylink,
karena penerbangannya nyaman, juga karena sudah terbiasa. Gerbang Check In belum dibuka. Untuk Take off
pukul 06.00, Boarding dan Check In dibuka pada pukul 04.00 nanti. Selagi
menunggu, aku mendengarkan musik dan memakan cemilan lagi. Menunggu di bangku
depan gerbang, bersama banyaknya penumpang lain. Menyaksikan lalu lalang orang
bepergian.
Ketika
sudah dibuka Chek In, aku segera masuk dan Boarding koperku. Melewati check
body 1, kemudian Check In, dan melewati check body 2, sampailah aku di ruang
tunggu keberangkatan. Dengan banyaknya orang di dalam sana, aku hampir tidak
kebagian tempat duduk. Di ruang tunggu itu tidak hanya penumpang pesawat citylink
06.00 namun juga penumpang pesawat lain, biasanya 3 penerbangan dijadikan dalam
satu ruang tunggu.
Satu
jam lagi menuju keberangkatan, aku membaca majalah yang disediakan di sana.
Melihat perkembangan maskapai tanah air dan informasi terkait pariwisata.
Banyak hal menarik yang kutemukan ketika membaca itu. Misalnya tentang Lion
Air, yaitu pesawat yang baru masuk jalur penerbangan ke Belitung. Dikatakan
Telah beroperasi sejak bulan Januari. “Pariwisata ke Belitung makin ramai saja”
pikirku.
Tidak
ada rasa kantuk yang kurasakan, terlalu sibuk menunggu membuatku teralihkan.
Beberapa lama kemudian, panggilan memasuki pesawat pun bergema. Dengan
memperlihatkan tiket yang dirobek setengahnya aku pun masuk ke pesawat.
Beruntung lagi, aku menempati bangku yang bersebelahan dengan Jendela. Tempat
paling sempurna menyaksikan pemandangan di atas awan. Bahkan setelah pesawat
naik ke permukaan udara, matahari ikut bangkit. Alhasil, aku bisa menyaksikan
Sunrise yang begitu indah. Cahayanya
menembus awan, mirip seperti jalan ke syurga di film “Tom and jerry".
Begitu menakjubkan.
Penerbangan
di pesawat begitu lancar, tidak ada masalah yang terjadi. Penerbangan selama 50
menit itupun landing di Bandara Hanandjoedin Tanjungpandan Belitung. Bagian
terasik dari perjanan bersama Citylink adalah pantunnya, mereka selalu
memberikan pantun kepada penumpang saat mendarat di tempat tujuan.
“Ke pasar membeli buah. Buahnya buah belimbing. Penumpang selamat berpisah. Terima kasih telah terbang bersama Citilink”ou’re welcome crew, and for all of you.. As always, happy traveling! :)
Catatan
perjalanan,
Ditulis pada 4
Mei 2018
***
0 Komentar