Di mana kamu ketika aku
sedang mendapatkan ujian? Dari tuhan bahkan dari sekolah yang sedang aku
jalankan? Tentu saja kamu masih
sibuk degan pekerjanmu sebagai siswa, mahasiswa, manusia dan seorang insan
seutuhnya. Yang pasti, setiap orang memiliki ujiannya masing-masing. termasuk
kamu yang sedang membaca ini.
Seperti yang sudah aku
ceritakan, bahwa aku masih Mahasiswa. Sudah tingkatan dua digit. Tidak perlu
aku sebutkan, malu juga aku memberitahukannya. Walau sebenarnya aku tidak
harus malu karena jumlah digitnya, aku hanya malu karena sudah dalam jumlah
semester itu belum bisa membuat apa-apa, tidak memberikan dampak terhadap
sosial di sekitar. Apakah kamu juga sama sepertiku?
Kamu pasti punya
kesulitan yang sampai pusing memikirkannya, sama aku juga, mereka juga sama.
Begitulah hidup seharusnya. Dulu temanku pernah berkata "jika kamu pusing
menghadapi prosesnya kehidupan, tidak apa-apa, itu artinya kamu sedang
berpikir". Ya... tepat, akupun setuju dengan pernyataan itu. Pembelajaran
memanglah selalu mesnyusahkan, banyak persoalan terkadang tidak dengan lancar
terselesaikan. Namun percayalah segalanya akan terlewati, buktinya sampai saat
ini kau sudah melewati ujian-ujian sebelumnya, iya kan ?
"Jika kau tidak sanggup menanggung lelahnya belajar, maka kau harus sanggup menahan perihnya kebodohan" – Imam Syafi’i
Maaf, aku berkata
seperti ini bukan untuk mengajarimu, aku saja masih mengeja tentang ujian.
Maksudku ujian kehidupan yang terdiri dari begitu banyak persoalan, soal cinta,
soal sekolah, soal kerja, soal rumah tangga dan bahkan soal orang lain. Bukankah
kita begitu senang menggosip? Nah, coba kita berkaca dengan persoalan orang
lain. Bukankah kita selalu bisa memberikan solusi untuk orang lain yang
terjerat kekalutan? itu kan fungsi dari curhat? iya kan?
Seperti saat ini, aku pun sedang bercerita kepada kalian bahwa sebenarnya masalah kini menjadi
semakin berat. Hampir ingin berhenti namun roda harus tetap diputar. Kalau
berhenti, berarti kita mati.
Aku kerucutkan cerita
ini, ambil saja tentang ujian sekolah. Sekarang menjadi ujian kuliah. pada
pertengahan semester, setelah menghadapi 7 kelas tatap muka dengan dosen.
Akhirnya evaluasi pembelajaran tiba juga. Seperti biasa, aku selalu sakit
ketika menjelang Middle test dimanapun
dan kapanpun. Ini dinamakan demam panggung. Di dunia ini ada banyak sekali orang
yang tumbang duluan sebelum menghadapi ujian, atau saat berlangsungnya Mid test.
Sedari SD aku memang
sudah begitu. Namun, aku yakin sekali pada semester 3 kuliah dulu permasalahan
ini sudah hilang. Malah sebaliknya, aku begitu bersemangat dan lolos dengan
nilai yang sangat memuaskan. Kemudian sekarang kembali lagi. Lebih ke arah merasa
rendah diri dan merasa bukan siapa-siapa. Akhirnya ketakutan menyelinap masuk,
jiwa jadi gelisah, terus menerus fokus kepada kekurangan hingga akhirnya jatuh
tumbang.
Aku juga sadar,
ketakutan hanyalah imajinasi. Sesuatu yang belum atau bahkan tidak terjadi. Cara melawannya adalah dengan motivasi. Sama, motivasi juga imajinasi. Ketakutan dan
motivasi pada akhirnya tarik-menarik dengan diri kita, apakah harus ke arah baik atau
buruk. Menjadi optimis atau pesimis ? Pilihan ini akhirnya dikembalikan kepada
kita yang sedang melewati ujian di dalam kehidupan.
Satu lagi, Jika kau
ingin motivasi, usahakan tidak terlalu tenggelam pada Instagram. Isinya hanyalah kesenangan. Membuat hati iri, kalau
tidak bisa mengiringi kemauan hati, pasti jatuh ke arah pesimis dan menciptakan
ketakutan. Maka imbangilah dengan Twitter,
yang isinya kesedihan. Ingat juga, jangan terlalu tenggelam, nanti malah
berteman dengan kesedihan dan memusuhi nilai positif. Berimbanglah kepada kedua
sosial media ini. Karena jaman sekarang dua dunia itulah yang mempengaruhi
dirimu. Percaya atau tidak? Untuk setiap ujian, di sana pernah dibahas dan kau
tinggal memilih jalan yang mana yang akan kau ambil? atau malah ingin membuat
jalan baru? Boleh, jangan lupa share,
apalagi ke Twitter, tulis dengan
hastag "Twitter, Do your magic.
Thread!".
***
0 Komentar