Dari pantai menuju pegunungan #Diary01


Halo, beberapa hari ini aku terus memikirkan hal apa yang aku tulis di 3 blog yang berbeda-beda(Disnoting, KisahKita, dan Article), dan akhirnya aku menentukan bahwa akan menulis tentang-ku sedikit banyaknya, Untuk di Blog Disnothing ini, aku akan share beberapa cerita dari kehidupanku, maaf kalau tidak ada faedahnya :) . Di post pertama ini aku akan berbagi cerita dari perpindahan tempat aku bertinggal, anggap saja ini prolog atupun kata pengantar.
 Selamat membaca dan menikmati, semoga terinspirasi.

Dari Pantai menuju Pegunungan



Aku hidup di Belitung hingga umur 17 tahun, setelah itu aku tinggal di Bandung hingga sekarang berumur 23 tahun. Dan sepertinya akan berlanjut ke umur berikutnya.

Dari kecil aku sudah mengenal laut, berenang, panas-panasan, dan malah sering masuk angin kalo kena dingin. Selain itu, di belitung juga aku sering bermain ke hutan, ya tidak melulu tentang laut dan pantai. Belitung itu memiliki geografi yang kecil namun mencakup semuanya, kecuali gunung. Ada sih gunung, dengan ketinggian ratusan MDPL gitu, tapi kalo orang luar Belitung bilangnya ini bukit. Namanya gunung tajam, dikenal seperti itu karena dipuncaknya ada menara(dulu digunakan untuk pemancar sinyal siaran tv). sehingga ketika dilihat dari kejauhan itu seperti bentuk segitiga yang benar-benar tajam sehingga namanya Gunung Tajam.

Kalau yang namanya pantai, wah ini udah banyak banget, ga kehitung jari, bukan hanya pantai terkenalnya, pantai-pantai biasa juga banyak yang bagus dan sering digunakan untuk berekreasi keluarga ataupun untuk kegiatan kemah lainnya. Aku pernah berkemah beberapa kali di pantai-pantai berbeda di Belitung. yang paling berkesan itu di pantai 'Bebilayan' daerah Tanjung binga sebelah utara pulau Belitung. tempat ini memiliki pantai pasir, bebatuan besar hingga batu besi, dan juga karang. Sangat lengkaplah untuk kombinasi pantai yang asyik untuk bermain.

Tidak hanya untuk berenang dan bermain di tepian pantai, Belitung juga mempunyai tempat favorit untuk melihat matahari tenggelam(sunset). Ya, yang paling sering orang kunjungi adalah tanjung pendam, karena tempatnya dekat dengan perkotaan dan tempat jajan juga tentunya. Setiap turist yang datang ke Belitung pasti mampir ke sini.

Nah untuk tempat tinggal di Belitng, kebanyakan masyarakatnya menggunakan dinding bangunan keras(semen) dan beratapkan seng putih. Daerah yang panas di belitung menjadi lebih panas lagi dengan polusi panas dari atap-atap itu. tapi ya begitulah belitung. Namun masih ada beberapa bangunan tempat tinggal yang menggunakan kayu papan sebagai dinding rumahan dan daun sagu sebagai atapnya, ini dinilai lebih sejuk dan mengurangi panas bila siang hari. Karena jika musim panas tiba , di Belitung bisa mencapai 39 drajat celcius loh. panas banget kan.

Nah pada pertengahan umurku di 17, aku berangkat ke Bandung untuk berkuliah. Memasuki salah satu universitas swasta di Bandung yang masuk sebagai 10 besar univ terbaik se-Indonesia. Ketika pertama kali sampai di bandung aku tinggal di asrama belitung, sembari mencari tempat tinggal(kos). Dan pertama kali hidup dibandung juga aku sempat sakit selama 7 hari, karena belum terbiasa dengan dinginnya. Namun setelah itu, merasa normal kembali dan sangat menikmati cuaca di kota Bandung ini.


Bandung adalah dataran tinggi, dikelilingi pegunungan dan sangat jauh dari pantai. Udaranya lembab dan dingin, suasana yang sangat nyaman bagiku. Ya, begitulah yang kurasakan sampai 3 tahun berada di bandung, namun seketika berubah perlahan ketika 3 tahun terakhir yang kurasakan. Udaranya menjadi sedikit panas, dan tidak sesejuk dulu. mungkin karena pengaruh polusi dari berbagai kendaraan.

Aku lebih suka pantai, tapi aku juga suka udara yang dingin. Di sini tidak bisa mengunjungi pantai karena jaraknya yang jauh, dan juga aku terlalu malas untuk bermain ke gunung dan mendaki. Alhasil kegiatanku hanyalah menikmati udara dinginnya hanya dari kamar kosan yang kutinggali saat ini dan mengurangi untuk pergi bermain ke luar. Tapi sesekali merefreshkan diri berkunjung ke bukit-bukit sekitaran bandung seperti 'Caringin Tilu'

Tempat tinggal di sini juga lumayan nyaman, hingga saat ini aku masih tinggal di sekitaran kampusku. Bangunannya bertingkat, menggunakan bangunan keras(semen) dan atap geteng. Sudah dingin, makin dingin lagi, juga mengurangi suara hujan yang turun, bahkan di beberapa tempat kosan yang mana teman sekampusku tinggali tidak bisa mendengar suara hujan yang turun, sayang sekali.

Namun hingga tahun ke-enam ini aku cukup nyaman di sini, dan masih ingin terus di sini dulu, sebelum nanti pergi ke tempat lainnya dan mungkin akan lama juga tinggal di sana.

***

Posting Komentar

0 Komentar