Matimu Sore Itu



Matimu Sore Itu

[...]
Perlahan suaramu menghilang dari balik dinding. Bahkan tadi, kuikuti nyanyiannya, menikmati sisa-sisanya. Sebenarnya tak ingin aku lupa akan merdunya nada itu. Hingga aku memohon pada sendiri, jangan sampai aku lupa nada, suara, serta iramamu. Itu di tiga perempat malam.

Ketika suaramu lenyap di penggujung malam menuju pagi. Lalu aku bisa dengan nyaman tidur, memimpikan nyanyianmu. Aku tidur, kau pulas.

Lalu sore menjamah kulitku. Sergap aku bangun, mencari sebuah garpu. Penuh amarah, dengan muka merah. Buka pintuku, dobrak pintumu tanpa bertanya. Dinding-dinding menjadi penonton hari itu. Tenggorokanmu lepas dari tempatnya. Kini aku bisa tidur dengan tenang .

***

Posting Komentar

0 Komentar